Seorang lelaki
bermata hazel sedang berdiri di tengah hujan salju. Di genggamannya ada
sebuah bunga tulip kuning khusus untuk kekasihnya, Caitlin. Lelaki itu
tidak peduli dengan dinginnya malam yang mampu menusuk kulit hingga
tulang. Lelaki yang berdiri sejak satu jam yang lalu itu tak
henti-hentinya memandang jam tangannya dengan gelisah. Sesaat kemudian,
jemarinya mulai merogoh saku dan mengeluarkan i-phonenya.
"hallo Caitlin... Kau tau, aku tidak akan pergi dari sini sebelum kau datang..." ucap Justin dengan suara gemetar.
"dan kau tau, aku tidak akan datang ke sana karena hatiku sudah terlanjur sakit justin... Enyahlah dari hidupku..!"
"tuut..tutt..tutt.."
gadis bernama Caitlin itu mematikan telepon dari sana. Justin mendesah
panjang. Lelaki itu mengembalikan i-phonenya ke dalam saku dan mulai
merapatkan mantel tebalnya. "terserah kau Caitlin..." benaknnya. Justin
memutuskan untuk tetap berdiri dan menunggu kedatangan gadis itu. Untuk
kesekian kalinya, Justin tak memperdulikan badannya yang telah menggigil
kedinginan dan hampir membeku.
(FLASH BACK)
hari
ini, entah kenapa Caitlin sangat merindukan Justin, kekasihnya. Mungkin
karena memang pertemuan terakhir mereka adalah seminggu yang lalu,
dimana Caitlin mengantar Justin di bandara karena Justin akan mengadakan
tour Asia. Huh, itu sudah lama sekali. Biasanya mereka akan bertemu
setiap hari kalau Justin tidak sibuk.
Terkadang, Caitlin
tidak suka dengan hidup Justin yang sekarang. Justin lebih sering
menghabiskan waktu di luar kota, jadi mereka jarang bertemu. Justin juga
sering di kerumuni banyak fansnya yang pada umumnya wanita, jadi wajar
kalau hal itu membuat Caitlin envy. Namun, Caitlin selalu memendam rasa
itu. Baginya, kebahagian Justin adalah yang utama. Itulah impian Justin
sejak dulu, dan Caitlin atau siapapun, tidak berhak merusaknya.
caitlin
melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruang keluarga sembari bersenandung
kecil. Rambutnya yang terurai sesekali menari-nari di punggung setiap
kali ia melangkahkan kaki.
Gadis itu segera duduk di sofa bersama kakaknya, Cody.
"hey coco...!!" sapa Caitlin seraya membanting tubuhnya di sofa biru laut itu.
"hei..." jawab Cody tanpa menoleh sedikitpun dari layar TV.
"hei lihat.. Ada berita tentang kekasihmu...!!" lanjut Cody seraya mengeraskan volume TV.
"itu semacam intervew kan ya...??"
lelaki bernama Cody itu hanya mengangguk.
@TV
"Justin, bagaimana kau pertama kali memulai karirmu..??" tanya Skandar Keynes yang memegang peranan sebagai host.
"aku
mengunggah Videoku ke Youtube dan orang2 menyukainya...
Bla..bla..bla..(tau sendiri kan ya'..?)XD" terang Justin dengan tak
henti-hentinya tersenyum manis pada penonton.
"waw.. Justin, yang
jadi pertanyaan di sini sekarang, Apa kau sudah punya kekasih..?? Kalau
belum, aku yakin salah satu belieber di sini mau menawarkan diri.."
lanjut Skandar Keynes dengan sesekali tersenyum jahil.
Sontak, penonton menjerit histeris mendengar pertanyaan itu. Justin hanya tertawa dan menampilkan sederetan giginya yang rapih.
"no.. Belum.. Aku belum punya kekasih..." jawab lelaki berambut cokelat itu.
---
Caitlin
tertegun mendengar jawaban Justin. "memangnya dia menganggapku apa..??
Justin, apa kau sudah mulai melupakanku..??" benak Caitlin.
"caitly... Kalian sudah putus..??" Cody terbelalak memandang ke arah adiknya.
Caitlin yang masih sibuk dengan pikirannya mulai menoleh. Gadis itu bingung mau menjawab apa.
"uhmmmm... A...ku.. Tidak tau..." ucap gadis itu dengan tercekat-cekat.
Caitlin segera beranjak dan berlenggang pergi sebelum kakaknya itu melontar pertanyaan lagi.
Caitlin
berjalan gontai ke arah balkon kamarnya. Gadis itu lalu duduk bersandar
pada dinding kamarnya. Hatinya benar-benar sesak. "Justin... Kau tega
sekali.. Kau anggap aku ini apa hah..??" cercau gadis itu seraya
memandang ke langit-langit karena ia tidak ingin menangis.
Kemudian, ia mengeluarkan handphonenya dan menekan tombol hijau saat menemukan nama Justin pada daftar kontaknya.
Namun,
Justin tidak mengangkat telepon darinya. Meski Caitlin sudah mencoba
beberapa kali, hanya nada sambung saja yang terdengar. Ini adalah
kesepuluh kalinya Caitlin mencoba menghubunginya, dan... Akhirnya
tersambung.
"ha..."
"Cait, aku sedang sibuk.. Nanti saja kutelepon ya.." Justin memotong ucapan Caitlin.
"tuuut...tuutt..tuut.." sepertinya Justin mematikan teleponnya.
Caitlin benar-benar sakit hati sekarang. Kenapa Justin seperti itu..?? Dia bahkan tidak memberinya kesempatan untuk bicara.
2
jam kemudian, Caitlin masih duduk termenung di tempatnya. Ia menatap
nanar handphone di genggamannya. Ia berharap benda itu segera berdering
karena menandakan Justin meneleponnya. Tapi, benda itu masih saja diam
dan seolah-olah menertawakannya, menertawakan gadis bodoh yang sangat
berharap kekasihnya akan menelepon malam ini.
5 jam
kemudian, handphonenya juga belum berdering. Apakah Justin lupa untuk
meneleponnya. Biasanya setiap malam, lelaki itu selalu menyanyikan lagu
nina bobo (--") untuk Caitlin. Tapi kenapa sampai semalam ini, lelaki
itu belum menelepon. Caitlin juga tidak ingin tidur dulu karena ia takut
Justin meneleponnya saat itu.
Karena lelah menunggu,
akhirnya Caitlin memutuskan untuk menelepon Justin lagi. Sudah 3 kali ia
mencoba menelepon, tapi tidak ada jawaban. Gadis itu kemudian
memutuskan untuk mengiriminya pesan.
::skip::
@tempat Justin.
Sinar
Mentari sudah menerobos masuk jendela kamar hotelnya. Lelaki berambut
cokelat itu segera terbangun dan menanggalkan selimut tebalnya.
Kemudian, cepat-cepat lelaki itu pergi mandi karena ia akan ada acara
konser lagi pagi ini.
::skip::
Justin sudah
memakai kaos V-neck abu-abu, celana jeans hitam, dan sepatu supranya.
Lelaki itu bergegas memungut i-phonenya dari laci.
Matanya terbelalak ketika mendapati 3 panggilan tidak terjawab tadi malam. Dan ada sebuah pesan dari Caitlin saat jam 2 malam.
Message from Caitlin:
Just...
mungkin kau masih sibuk, makannya kau tidak mengangkat teleponku. Jadi
akan kutunggu kau sampai selesai. Telepon aku ya kalau kau sudah tidak
sibuk. Aku ingin menanyakan sesuatu padamu...
---
"oh
my God.. Jadi semalaman Caitlin Tidak tidur hanya untuk menunggu
telepon dariku.. Ya Tuhan.. Apa yang kulakukan..." cercau lelaki itu
seraya menekan nomor telepon Caitlin dan menekan tombol hijau pada
i-phonenya.
"hallo..." telepon itu sangat cepat
tersambung. Mungkin memang Caitlin sedang ada di dekat handphonenya
sekarang, atau mungkin Caitlin rela tidak tidur hanya untuk menunggu
telepon itu.
"Caitly.."
"yeah.. Akhirnya kau menelepon.." suara gadis itu terdengar serak.
"kau
sakit..??" perasaan Justin benar-benar bercampur aduk sekarang. Antara
khawatir dan merasa sangat bersalah kepada gadis itu.
"tidak.. Mungkin karena aku terlalu lelah.."
"kau tidak tidur semalam...!?"
caitlin
terdiam. Haruskah ia mengatakan "iya" pada Justin, sementara ia tidak
ingin membuat lelaki itu khawatir. Tapi sebenarnya Caitlin memang tidak
tidur semalam. Ia benar-benar takut kalau telepon dari Justin
terlewatkan olehnya.
"Caitly.. Kau masih di sana...??"
"yeah.." ucap Caitlin lirih.
"apa semalam kau tidak tidur..??"
"uhmmm.. Tentu saja aku tidur.. Tanpa kau bernyanyi untukku, aku juga bisa tidur Justin... Hahaha..."
jawaban Caitlin mulai membuat kehkawatiran Justin mencair.
"bagus kalau begitu... Oia, kau ingin menanyakan apa honey..??"
"uhmmm.. Just.. Kenapa kau bilang kau belum punya kekasih..??"
"honey.. Scooter yang menyuruhku bilang seperti itu... Dia bilang, aku harus mengatakan itu kalau ingin sukses..."
"jadi... Kau tidak melupakanku...??" tanya gadis itu polos.
"tentu saja tidak..."
"baiklah... Aku sudah dapat jawabannya..." ucap gadis itu dengan tersenyum.
::skip::
hari
berikutnya, caitlin sedang berjalan di koridor kampus sendirian. Tiba2
Greyson, sahabatnya, berlari ke arahnya dengan membawa gulungan majalah.
"caitly... Caitly.. Lihat ini...!" teriak lelaki itu seraya mengejar Caitlin.
"kenapa makhluk itu memanggilku...??" dengus Caitlin seraya menghentikan langkahnya.
Beberapa detik kemudian, Greyson sudah mendarat(?) di hadapannya.
"lihat ini...!!" ucapnya seraya menunjuk sebuah halaman yang menampilkan foto Justin dengan seorang gadis di sana.
Caitlin mengernyitkan dahi. Ia mulai tertarik untuk membacanya.
Di
halaman itu tertulis, "Bintang Fenomenal Justin Bieber mengaku sedang
menjalin hubungan dengan artis bollywood(?) yang bernama Selena Gomez.
Ia juga mencium gadis itu tanpa ragu ketika host sebuah acara TV di
Canada menyuruhnya melakukannya. Tampaknya, penyanyi fenomenal itu
sedang berusaha mencari perhatian Selena. Hal itu dapat disimpulkan
ketika Justin datang pada saat shooting film "beranak dalam kubur" yang
di bintangi selena Gomez. Ia menyatakan hal itu adalah surprise
untuknya. Saat itu, Selena Gomez juga terlihat salah tingkah karena
kehadiran orang yang tidak ia duga-duga. Gadis berdarah Afrika itu,
sontak memeluk Justin karena saking terkejutnya.
--
mata
Caitlin berkaca-kaca.justin benar-benar berubah. Setelah tidak mengakui
kalau ia adalah kekasihnya, sekarang lelaki itu malah berhubungan dekat
dengan gadis bernama Selena. Itu benar-benar keterlaluan.
"are you okay..??" tanya Greyson lembut.
Caitlin memandang lelaki itu sebentar dan kembali menunduk. Gadis itu tidak ingin Greyson melihatnya menangis.
"kemarilah...!!"
Greyson menarik Caitlin kedalam pelukannya. Tangisan Caitlin mulai
pecah. Badan Caitlin bergetar karena menangis saat itu.
"menangislah kalau itu akan membuatmu lebih baik..." bisik Greyson seraya mengelus rambut Caitlin.
"aku benci Justin..."
"ssssstt.. Jangan bicara seperti itu... Kau tau, wartawan memang selalu melebih-lebihkan..."
Greyson
dengan tulusnya memeluk gadis itu. Gadis yang sebenarnya sangat ia
cintai sejak lama, Gadis yang menjadi kekasih sahabatnya sendiri.
::skip::
2 hari kemudian.
Justin
sudah mencoba menghubungi Caitlin berkali-kali. Namun lelaki itu tidak
mendapat jawaban. Dengan perasaan khawatir, Justin segera mengiriminya
pesan.
Message from Justin:
honey, kenapa kau tidak mau mengangkat teleponku..??
Setelah itu, Justin segera menyimpan kembali i-phonenya.
-di tempat lain-
caitlin
mengacuhkan setiap panggilan dan pesan dari Justin. Gadis itu
benar-benar sakit hati karenanya. Semudah itukah lelaki bodoh itu
melupakannya.
"justin.. Apa kau tidak tau bagaimana perasaanku..??
Kenapa kau begitu bodoh Justin..?? Kenapa aku mencintaimu orang bodoh
sepertimu..??" air mata Caitlin mulai menetes. Gadis itu memeluk
lututnya dan memandang ke depan dengan tatapan kosong. Pikirannya sedang
melayang jauh memikirkan kekasihnya yang tak tau diri.
Gadis itu segera meraih handphonenya dan mengetik sebuah pesan untuk Justin.
Message from Caitlin:
aku ingin kita putus.
Justin menatap nanar handphone di tangannya.
Tanpa pikir panjang, lelaki itu langsung menelepon Caitlin.
Namun tetap saja, Caitlin tidak pernah menjawab telepon darinya.
----
pada
saat konser Justin di Toronto Justin menangis saat menyanyikan lagi
"favorite Girl". Media-media yang memuat berita Justin menuturkan kalau
Justin menangis karena Selena dijudge oleh beliebers. Tapi, Justin tau
masalahnya yang sebenarnya. Ia tau perasaannya sendiri. Media dan
wartawan benar-benar salah besar. Lagu itu bukan ia nyanyikan untuk
Selena, tapi untuk Caitlin. Di mana saat itu Caitlin meminta putus.
Justin benar-benar tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia tidak akan
heran kalau Caitlin akan menjadi lebih membencinya karena berita yang
salah itu.
::2 minggu kemudia::
Justin pulang ke Stratford, Ontario. Tujuan utamanya adalah menemui Caitlin. Ia ingin menjelaskan semuanya pada gadis itu.
(FLASH BACK OFF)
caitlin
menatap keluar jendela. Butiran-butiran salju masih belum berhenti
turun. Sekilas, bayangannya akan Justin mulai mengganggu pikirannya.
"aku tidak akan menemuimu Justin... Aku benci padamu.." lirih Caitlin seraya menutup gorden jendelanya.
::skip::
mentari
pagi mulai menyongsong. Hujan salju sudah berhenti dan menyisakan
gundukan-gundukan di kanan kiri jalan. Begitu juga di pohon maple dan
cemara, salju juga tampak masih menutupi puncaknya.
Caitlin mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan. Ia kemudian bangkit dan pergi mandi.
Setelah selesai mandi, caitlin mendapati handphonenya berdering.
Ia tertegun saat mendapati nama Justin di sana. Dengan berat hati, gadis itu mulai mengangkat telepon itu.
"apa lagi hah...??"
"Caitly...
Aku.. hanya ingin kau.. Tau.. Aku sangat mencintaimu... I still waiting
for you." nada bicara lelaki itu tercekat-cekat. Suaranya berat dan
bergetar.
Caitlin menelan ludah berkali-kali.
"justin..."
"buuuuk..." terdengar ada sesuatu yang terjatuh dari sana.
"just.. Kau masih di sana..??" jantung caitlin berdegup kencang. Gadis itu sangat khawatir karena tak ada jawaban dari Justin.
"justin..." panggilnya lagi.
Gadis itu segera menutup handphonenya dan berencana pergi ke danau blue bear di mana justin mengajaknya bertemu semalam.
Gadis itu berlari menuju tempat itu karena letaknya memang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Dari
kejauhan, dilihatnya sekerumunan orang yang entah sedang melihat apa.
Karena perasaan khawatir, gadis itu segera menuju ke tempat itu. Ia
mulai menerobos masuk keramaian. Dan, apa yang dilihatnya...??
Seorang lelaki tergeletak kaku dengan menggenggam sekuntum bunga tulip di tangannya.
"Justin..."
caitlin berlutut di sampingnya. Mata cokelatnya berkaca-kaca. Jemarinya
mulai menyentuh kulit Justin. Dingin, sangat dingin. Air matanya mulai
menetes membanjiri pipinya.
"Justin... Bangunlah...!" cercau gadis itu di antara isakannya.
::skip::
"pemirsa...
Penyanyi muda Justin Bieber ditemukan tergelat tak bernyawa di
pinggiran danau Blue bear tadi pagi . Menurut keterangan dokter, ia
mengalami gagal jantung(?) karena terlalu lama di bawah hujan salju tadi
malam yang suhunya di bawah -12 derajat."
caitlin menatap
layar TV di depannya dengan tatapan kosong. Di tangannya ada selembar
foto yang tak lain adalah foto Justin dan sekuntum bunga tulip kuning
yang layu. Gadis itu benar-benar hancur karena kepergian Justin. Semua
itu terjadi karena kesalahannya. Caitlin tak henti-hentinya mengutuk
dirinya sendiri.
::skip::
greyson mengajak
Caitlin ke pasar malam untuk menghiburnya. Karena, sudah seharian ini
Caitlin mengurung diri di kamar, tidak mau makan, dan tidak mau bicara
dengan siapa saja.
Keduanya berjalan berdampingan di trotor panjang pusat kota Stratford.
"caitly.. Kau mau es cream..??"
caitlin masih diam. Sedari tadi gadis itu memang hanya membisu dan menatap kosong ke depan.
"caitly.. Ada kedai es Cream di seberang jalan... Kau mau..??"
matanya yang redup mulai menatap Greyson. Sedetik kemudian, Gadis itu mulai mengangguk.
"okay... Kau tunggu di sini ya..." lelaki itu segera menyeberang untuk menuju kedai es cream.
Beberapa
menit kemudian. Caitlin menatap Greyson sudah dengan dua contong(?) es
cream di tangannya. Lelaki itu terus menampilkan senyuman termanisnya.
Caitlin
hanya terpaku. Namun, entah kenapa wajah Greyson tiba-tiba saja menjadi
wajah Justin, wajah orang yang sangat dicintainya, orang yang meninggal
karena kesalahannya.
"justin.." ucap bibir mungil itu dengan tersenyum tipis.
Gadis itu melangkahkan kakinya menuju Justin. Menuju pangerannya yang sedang tersenyum manis padanya.
"caitlin... Apa yang kau lakukan..??"
"ciiiiiiitt...." decitan rem saling bersahutan.
"tiiiiiin..... Brak..."
/?@.#O*=#';/!@")'-o.,o+*l?-+
you will be the last for me.
I will be the last for you.
demikian, JD ini dibuat dengan agak ngawur.. Judulnya juga ngawur.. XD Jadi, atas kata2 yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.
Yang abis baca, minta like 'n comentnya ya... Kritik dan saran, diterima..
Hahahahahaaaaa...!!
Salam manis: author amatiran. =D