Sabtu, 27 Oktober 2012

Cerpen Our Destiny (JD)

Again, today i looked up into the sky aimlessly.
I tried to draw your face slowly
your lips, your eyes are so lovely today
i tell myself that i need to forget you
i keep telling myself that i can't see you anymore
cause, you're just a dream
just my imagine 'n maybe never be real

"ellena.. Wake up..! Hari ini kau akan ditunangkan.." suara berisik itu mampu membuat gadis bermata cokelat itu langsung membuka mata lebar-lebar. Menurutnya ini lebih buruk dari mimpi buruk sekali pun.
"apa..??" hanya kata itu yang mampu keluar dari mulutnya.
"ellen, ayolah... Jangan bercanda. Mom sudah menunggumu di bawah.." ucap gadis yang tampaknya lebih muda darinya itu seraya menarik-narik selimut tebalnya.
"tidak.. Tidak... Ini tidak boleh terjadi. Aku tidak mau dijodohkan.. Aku harus pergi.. Semua ini bisa membuatku gila."

------------------------------------

Seorang lelaki berambut cokelat tengah sibuk mengumpat-umpat tidak jelas seraya menyetir mobil sport hitam yang melaju kencang di jalanan besar kota ontario.
"sial.. Mereka kira aku apa..?? Enak saja mengaturku.." gerutunya kesal.
Tidak ada orang lain di dalam mobil. Yah, dia bicara pada dirinya sendiri. Menurutnya hari ini adalah hari terburuk dalam hidupnya.

Tiba-tiba, seorang gadis berlari ke arah mobilnya yang sedang melaju kencang. Lelaki itu panik dan langsung menghentikan mobilnya secara mendadak.
"braaak.."
"ya Tuhan... Aku baru saja menabrak orang." lelaki itu benar-benar ketakutan. Segera ia berlari keluar mobil untuk melihat kondisi gadis itu.

(SKIP)
"aku di mana..?" gadis itu mulai menatap ke sekeliling.
"hah, bagus.. Akhirnya kau sadar juga. Kau ada di apartementku." lelaki itu segera mendekat ke arah gadis yang baru saja ia tidurkan di sofa apartemennya.
"kulihat kau tidak terluka... Apa ada yang sakit..?" sambung lelaki itu khawatir.
"tidak..."
"hah syukurlah.. Lain kali kalau kau mau bunuh diri, ditempat lain saja.. Aku bisa saja dipenjara kalau kau benar-benar mati tadi." lelaki itu berdalih.
Gadis itu langsung menonyor kepala lelaki itu.
"hei.. Kau pikir aku mau bunuh diri apa..?? Kau saja yang tidak bisa menyetir. Enak saja.. Kau hampir mencelakakanku lalu kau menyalahkanku begitu saja.."
"okay.. Sudah selesai nona galak..?"
"huh... Kau siapa hah..?" tanya gadis itu dengan muka tertekuk.
"what..?? Are you kidding me..? You don't know me..? hah, That so funny..??" lelaki itu bertingkah konyol.
"aku benar-benar tidak mengenalmu.."
"apa Kau tidak punya TV di rumah..? Ya Tuhan, apa kau tidak pernah membaca majalah atau semacamnya..? Hellooo, aku salah satu anggota boy band terkenal. Dan... Kau tidak mengenaliku..?? I can't believe it.. Aku benar-benar terhina.." celoteh lelaki itu.
"sayangnya aku memang tidak tau kau... Kasihan sekali.. Baiklah, aku mau pergi. Aku tidak mau tinggal bersama orang gila di sini."
"what..?? Sekarang kau benar-benar menghinaku." pekik lelaki itu tak terima.
Gadis itu hanya mengangkat pundak seraya bergegas bangkit dari duduknya. Namun, sedetik kemudian,
"aw.. Kakiku... Sakit sekali.." gadis itu hampir terjatuh dan dengan sigap tangan kokoh lelaki asing itu menangkap tubuhnya.
Keheningan mulai menyelimuti keduanya beberapa saat. Mata mereka saling bertemu. Lelaki itu bisa menikmati setiap inci keindahan wajah gadis itu dengan leluasa.
"so beautiful." ucapnya dalam hati.
"ehmmm..."
"eh, kau bilang tidak sakit..?" ucap lelaki itu seraya memperbaiki posisi berdirinya.
"tadi memang tidak sakit." suasana canggung mulai mnyelimuti keduanya.
"ehmm.. Baiklah, akan kuambilkan air dingin untuk mengompres.. Oia, namaku liam payne.. Dan kau..?"
"aku... Ell...isa.. Yah, namaku ellisa.." dusta gadis itu.

(SKIP)
pagi yang bersalju, liam segera bersiap-siap untuk segera berangkat menuju studio untuk rekaman album barunya dengan dandanan casual sepertin biasanya. Setelah itu, ia bergegas menemui ellisa yang tengah menyantap sarapan paginya.

"hai.. Bagaimana telur dadarnya..?? Hanya itu yang bisa kubuat." sapa liam dengan senyuman yang terus mengembang.
Yah, ellena mengakui, liam memang lelaki yang tampan, dan... Baik. Sebenarnya, cukup terpaksa ellen menganggap lelaki yang hampir membunuhnya itu baik. Tapi tidak bisa dipungkiri, liam memang sedikit membantu dalam pelariannya.
"ehmmm.. Not bad.." cercau gadis itu.
"baguslah kalau kau suka.. Baiklah, aku pergi dulu.. Aku harus ke studio untuk rekaman album baruku. Kalau kau butuh apa-apa, kau telpon saja.. Aku sudah meninggalkan nomerku di atas meja, dan..."
"hei.. Iya aku mengerti.. Kau berisik sekali." ucap gadis itu kesal.
"hehe.. Sorry.. Okay... See you.."
gadis manis itu hanya mengangkat alisnya mengerti.
------------------------------------
Di tempat lain, liam baru saja sampai di depan studio dan memarkinkan mobil sportnya tidak jauh dari sana. Namun, matanya menangkap sebuah kertas yang tertempel di sepanjang dinding pertokoan yang bersebelahan dengan studio. Dengan langkah cepat, liam segera menuju salah satu kertas yang tertempel di sana dan segera membacanya.
"dicari:
Ellena annabel clarise.
Putri david dan marrie clarise.
Diduga hilang karena diculik. Bagi yang menemukan dengan atau tanpa penculiknya, akan mendapat hadiah 50.000 dollar"
liam juga bisa melihat gambar wajah seorang gadis yang sangat mirip dengan ellisa dikertas itu.
"what..!! OMG.. Aku dalam masalah."
liam segera mencabut kertas itu dan bergegas menuju mobil sportnya untuk kembali ke apartement.
------------------------------------

"sebenarnya apa maumu Ellena annabel clarise..?" sentak liam sehingga membuat gadis yang tengah asik menonton TV itu terkejut bukan main.
"aa.." suaranya mencicit ketakutan.
"kau ingin menghancurkan karirku ya..?? Semua orang mengira aku menculikmu..." liam melemparkan kertas itu tepat di depan muka ellena.
"ehmmm... Maaf. Aku tidak bermaksud..."
"kenapa kau bohong padaku..?? Kenapa semalam kau bilang namamu ellisa, kau tidak punya rumah, dan hanya sebatang kara..? Kau bilang kau berasal dari calgary..? Tapi, apa hah..?? Kau bohong..! Kau anak pengusaha kaya.. Dan sekarang semua orang mengira aku menculikmu.. Sekarang pergi dari sini..!" liam terlihat kacau. Tampaknya emosinya sangat memuancak hingga ellena tidak berani memandang wajahnya.
"forgive me.. Aku akan pergi.. Dan terimakasih untuk semuanya."
ellena melangkah gontai keluar dari apartement besar itu. Berjalan tak tau arah. Tak sadar, gadis itu mulai menangis. Salju yang tebal membuatnya menggigil kedinginan. Namun, ia tidak ingin menyalahkan liam atas semua ini, liam hanya korban kecerobohannya.
------------------------------------
liam hanya bisa terpaku di depan perapian. Ia hampa, ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia tidak percaya, 24 jam bersama ellena mampu membuatnya hidup, mampu membuatnya menemukan kesenangan yang sudah lama ia lupakan. Tapi sayangnya, ellena penipu. Liam merasa sakit hati karena itu.

Selama beberapa menit, liam bergelut dengan pikirannya. Dan akhirnya ia sadar, ia salah karena baru saja mengusir ellen yang tengah terluka karena kecerobohannya di jalan kemarin. sementara di luar sedang hujan salju, benar-benar gila kalau ia mengusir ellisa dalam keadaan seperti ini. gadis itu bisa benar-benar mati karena itu.
"damn... baiklah... Aku tidak bisa membiarkannya pergi sendiri. ini gila.." dengan langkah cepat, liam segera meraih kunci mobilnya dan bergegas pergi mencari ellisa.

(SKIP)
tidak membutuhkan waktu yang lama, liam akhirnya menemukan sosok gadis yang tengah ia cari sedang berjalan seorang diri dengan langkah gontai di trotoar. Liam segera menghentikan mobilnya dan menemui gadis itu.
"baiklah, ellisa atau siapapun kau.. Masuklah ke mobil."
pandangan gadis itu tampak kosong, bibirnya membiru.
"aku tidak mau ditunangkan dengan siapapun.. Aku ingin memilih jalanku sendiri. Tolong jangan paksa aku." cercau gadis itu pelan.
"ellisa.. Tidak ada yang akan memaksamu.. Sekarang ayo, ikut aku..." liam meraih tangan ellena, menuntunnya perlahan menuju mobil.
"ya Tuhan, kau hampir membeku.." liam segera melepas mantel tebalnya dan segera melilitkannya pada ellen.

"heiii lihat... Itu ellena clarise.. Dan itu penculiknya..!!" seketika, puluhan orang mengejar keduanya. Dengan langkah cepat, liam segara menggendong ellen yang tampak lemah dan segera memasukkannya ke dalam mobil. Dalam hitungan detik, liam berhasil meloloskan diri dari serbuan orang-orang tersebut.

Liam tengah bingung sekarang. Ia masih mengarahkan mobilnya menuju jalanan besar menuju ke luar kota. Liam yang masih khawatir dengan keadaan ellen yang tengah pingsan tidak memiliki keinginan sedikitpun untuk membawanya ke rumah sakit. Karena ia bisa saja tertangkap karena semua orang akan mengira kalau dia lah penculiknya.
"dddrrttt... Ddrtttt..." tiba-tiba ponsel liam bergetar.
Lelaki itu segera mengangkat teleponnya yang ternyata dari zayn.
"hey dude.. Kemana saja kau..?? Kau sudah 2 jam menghilang..? Setelah kau menghilang karena orang tuamu, sekarang kau menghilang lagi karena apa hah...?? Apa karena kau tidak mau rekaman..? Ini album baru kita, jangan seperti itu.." cercau zayn tanpa henti dari seberang sana.
"hei cukup... Aku sedang dalam masalah sekarang. Kau tau aku bersama siapa..??"
"tidak.."
"aku memang belum memberitahumu bodoh.. Ellisa, ehmm maksudku ellena clarise ada bersamaku.."
"what...?? Jadi kau penculiknya..?? Liam.. Apa kau sudah gila. Aku tau dia cantik, tapi kau tidak perlu menculiknya.. Kau bodoh jika melampiaskan kemarahanmu pada orang tuamu dengan menculiknya.."
"wait.. Tau dari mana kau kalau dia cantik..?"
"semua saluran TV membicarakannya.. Dan, ada fotonya juga di sana, bersama seorang lelaki, dan kuharap itu bukan kau.. Karena semua orang mengira dialah penculiknya.. Kau bodoh liam.. Benar-benar bodoh.."
"hei dude.. Kau tidak membantu... Sekarang, menurutmu apa yang harus kulakukan..?"
sambungan telepon terganggu beberapa detik.
"hallo... zayn, kau masih di sana..?" liam semakin panik.
"liam.. Kau kah itu..?"
"lou.. Kau louise kan..?? Dimana si bodoh zayn..?"
"dia hampir pingsan.. Memangnya ada apa..??"
"lou.. Aku butuh bantuan. Ellena clarise bersamaku, dan dia tidak dalam keadaan baik sekarang.. dia pingsan."
"what..?? Omg.. Baiklah, ini hal yang gila.. Okay... Segera bawa dia ke rumah sakit st.moure, aku dan yang lain akan segera ke sana. Kita harus segera mengadakan konferensi pers dadakan atas kesalah pahaman ini. Aku tau, kau pasti tidak menculiknya. Kau tau, plat nomor mobilmu sudah dicatat oleh polisi, dan seisi kota sedang mencarimu sekarang."
"ya.. Thanks.. You're so help full.. Wait for me.."

(SKIP)
"syukurlah... Aku pasti habis tanpa kalian.." liam memeluk member 1D satu persatu.
"yah, bagaimana rasanya menjadi buronan selama 2 hari hah..?" sela harry selaya menepuk bahu liam.
"so crazy..."
"hahaha... siapa yang akan tau liam paynelah yang membawa lari anak seorang pengusaha terkenal di ontario..?" niall terkekeh.
"hahahahaa..." tawa mereka mulai meledak.
"oia zayn.. Aku juga sangat menghargai usahamu yang sudah membuatku semakin panik.." ucap liam.
"never mind.."

"liam.. Terimakasih kau sudah membawa ellena pulang dengan selamat. Aku memang tidak pernah meragukanmu.."
"hmmm..? Sorry, aku tidak mengerti.."
"liam.."
"mom..??"
"What's goin' on..?? Why you all in here..?? Daddy..?? Okay, seseorang... Bisakah menjelaskan sesuatu padaku..?"
"ellena annabel clarise, dia calon tunanganmu.. Bodoh sekali kau membawanya lari."
"what..??" liam memekik bersamaan dengan seorang gadis yang tengah menguping dari balik pintu kamar pasien.
"ellen.. Kaukah yang di sana..?"
ellena mulai membuka pintu itu lebih lebar.
"wait... aku, aku tidak membawanya lari... tapi... mom, sebenarnya aku melarikan diri. dan, aku tidak sengaja bertemu dengannya."
"begitukah...?" ucap wanita paruh baya yang berdiri di samping liam.
"jadi dia..??" ucap ellen lirih.
"iya honey.. Dia calon tunanganmu.. Tuhan benar-benar baik karena telah mempertemukan kalian. Aku tau, kalian pasti sama-sama dalam pelarian.. Iya kan..??" ucap seorang lelaki paruh baya seraya tertawa.
"bodoh." decak harry seraya tertawa.
"sekarang, apakah kalian mau melarikan diri lagi hmm..?"

keheningan menyelimuti mereka beberapa saat. Semua mata tampak mengarah pada liam dan ellen saat ini. Mereka benar-benar seperti terdakwa dalam kekacauan yang terjadi di seluruh penjuru kota ontario.

"never.." ucap liam memecah keheningan.
"kalau aku tau ellisa.. Eh maksudku ellenalah calon tunanganku, aku tidak akan pernah melarikan diri."
Mendengar ucapan liam, pipi ellena langsung memerah. Gadis itu tersipu.
"hahaha, baiklah.. dan kau ellena..?? Kau akan melarikan diri lagi..?"
"ehmmm.. Maybe one day.. Aku mungkin akan melarikan diri lagi bersamanya.." ucap ellena seraya langsung menghambur ke pelukan liam.
"nice.. Kita akan berpesta..! hahaha..." seru zayn seraya bertepuk tangan menyoraki keduanya.

(SKIP)
"kau lah yang selalu muncul dalam tidurku, dalam setiap mimpiku.. Seorang pangeran yang membawaku lari, aku tidak percaya itu menjadi kenyataan."
"benarkah..??" liam tersenyum.
"iya.. Kau tidak percaya..??" ellen menyandarkan kepalanya di pundak liam.
"tidak.. Aku percaya. Hmmm.. Sepertinya Tuhan ingin kita saling mengenal dulu sebelum ditunangkan.."
"iya, kau benar.. Meski hanya kurang dari 48 jam.. Itu benar-benar singkat bukan..?"
"iya, cinta memang tidak bisa ditebak.." liam pelingkarkan tangannya pada ellena. Memeluk gadis itu sangat erat.
Seakan-akan tidak mau kehilangannya.

Do you know how i feel when i look at you everyday ?
If you stay by my side, i don't want anything else

Fiuuh.. Gaje.. -_-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar