Sabtu, 27 Oktober 2012

Cerpen Still Waiting (JD)

Seorang lelaki bermata hazel sedang berdiri di tengah hujan salju. Di genggamannya ada sebuah bunga tulip kuning khusus untuk kekasihnya, Caitlin. Lelaki itu tidak peduli dengan dinginnya malam yang mampu menusuk kulit hingga tulang. Lelaki yang berdiri sejak satu jam yang lalu itu tak henti-hentinya memandang jam tangannya dengan gelisah. Sesaat kemudian, jemarinya mulai merogoh saku dan mengeluarkan i-phonenya.

"hallo Caitlin... Kau tau, aku tidak akan pergi dari sini sebelum kau datang..." ucap Justin dengan suara gemetar.
"dan kau tau, aku tidak akan datang ke sana karena hatiku sudah terlanjur sakit justin... Enyahlah dari hidupku..!"
"tuut..tutt..tutt.." gadis bernama Caitlin itu mematikan telepon dari sana. Justin mendesah panjang. Lelaki itu mengembalikan i-phonenya ke dalam saku dan mulai merapatkan mantel tebalnya. "terserah kau Caitlin..." benaknnya. Justin memutuskan untuk tetap berdiri dan menunggu kedatangan gadis itu. Untuk kesekian kalinya, Justin tak memperdulikan badannya yang telah menggigil kedinginan dan hampir membeku.

(FLASH BACK)

hari ini, entah kenapa Caitlin sangat merindukan Justin, kekasihnya. Mungkin karena memang pertemuan terakhir mereka adalah seminggu yang lalu, dimana Caitlin mengantar Justin di bandara karena Justin akan mengadakan tour Asia. Huh, itu sudah lama sekali. Biasanya mereka akan bertemu setiap hari kalau Justin tidak sibuk.

Terkadang, Caitlin tidak suka dengan hidup Justin yang sekarang. Justin lebih sering menghabiskan waktu di luar kota, jadi mereka jarang bertemu. Justin juga sering di kerumuni banyak fansnya yang pada umumnya wanita, jadi wajar kalau hal itu membuat Caitlin envy. Namun, Caitlin selalu memendam rasa itu. Baginya, kebahagian Justin adalah yang utama. Itulah impian Justin sejak dulu, dan Caitlin atau siapapun, tidak berhak merusaknya.

caitlin melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruang keluarga sembari bersenandung kecil. Rambutnya yang terurai sesekali menari-nari di punggung setiap kali ia melangkahkan kaki.
Gadis itu segera duduk di sofa bersama kakaknya, Cody.

"hey coco...!!" sapa Caitlin seraya membanting tubuhnya di sofa biru laut itu.
"hei..." jawab Cody tanpa menoleh sedikitpun dari layar TV.
"hei lihat.. Ada berita tentang kekasihmu...!!" lanjut Cody seraya mengeraskan volume TV.
"itu semacam intervew kan ya...??"
lelaki bernama Cody itu hanya mengangguk.

@TV
"Justin, bagaimana kau pertama kali memulai karirmu..??" tanya Skandar Keynes yang memegang peranan sebagai host.
"aku mengunggah Videoku ke Youtube dan orang2 menyukainya... Bla..bla..bla..(tau sendiri kan ya'..?)XD" terang Justin dengan tak henti-hentinya tersenyum manis pada penonton.
"waw.. Justin, yang jadi pertanyaan di sini sekarang, Apa kau sudah punya kekasih..?? Kalau belum, aku yakin salah satu belieber di sini mau menawarkan diri.." lanjut Skandar Keynes dengan sesekali tersenyum jahil.
Sontak, penonton menjerit histeris mendengar pertanyaan itu. Justin hanya tertawa dan menampilkan sederetan giginya yang rapih.
"no.. Belum.. Aku belum punya kekasih..." jawab lelaki berambut cokelat itu.
---

Caitlin tertegun mendengar jawaban Justin. "memangnya dia menganggapku apa..?? Justin, apa kau sudah mulai melupakanku..??" benak Caitlin.

"caitly... Kalian sudah putus..??" Cody terbelalak memandang ke arah adiknya.
Caitlin yang masih sibuk dengan pikirannya mulai menoleh. Gadis itu bingung mau menjawab apa.
"uhmmmm... A...ku.. Tidak tau..." ucap gadis itu dengan tercekat-cekat.
Caitlin segera beranjak dan berlenggang pergi sebelum kakaknya itu melontar pertanyaan lagi.

Caitlin berjalan gontai ke arah balkon kamarnya. Gadis itu lalu duduk bersandar pada dinding kamarnya. Hatinya benar-benar sesak. "Justin... Kau tega sekali.. Kau anggap aku ini apa hah..??" cercau gadis itu seraya memandang ke langit-langit karena ia tidak ingin menangis.
Kemudian, ia mengeluarkan handphonenya dan menekan tombol hijau saat menemukan nama Justin pada daftar kontaknya.

Namun, Justin tidak mengangkat telepon darinya. Meski Caitlin sudah mencoba beberapa kali, hanya nada sambung saja yang terdengar. Ini adalah kesepuluh kalinya Caitlin mencoba menghubunginya, dan... Akhirnya tersambung.

"ha..."
"Cait, aku sedang sibuk.. Nanti saja kutelepon ya.." Justin memotong ucapan Caitlin.
"tuuut...tuutt..tuut.." sepertinya Justin mematikan teleponnya.

Caitlin benar-benar sakit hati sekarang. Kenapa Justin seperti itu..?? Dia bahkan tidak memberinya kesempatan untuk bicara.

2 jam kemudian, Caitlin masih duduk termenung di tempatnya. Ia menatap nanar handphone di genggamannya. Ia berharap benda itu segera berdering karena menandakan Justin meneleponnya. Tapi, benda itu masih saja diam dan seolah-olah menertawakannya, menertawakan gadis bodoh yang sangat berharap kekasihnya akan menelepon malam ini.

5 jam kemudian, handphonenya juga belum berdering. Apakah Justin lupa untuk meneleponnya. Biasanya setiap malam, lelaki itu selalu menyanyikan lagu nina bobo (--") untuk Caitlin. Tapi kenapa sampai semalam ini, lelaki itu belum menelepon. Caitlin juga tidak ingin tidur dulu karena ia takut Justin meneleponnya saat itu.

Karena lelah menunggu, akhirnya Caitlin memutuskan untuk menelepon Justin lagi. Sudah 3 kali ia mencoba menelepon, tapi tidak ada jawaban. Gadis itu kemudian memutuskan untuk mengiriminya pesan.

::skip::

@tempat Justin.

Sinar Mentari sudah menerobos masuk jendela kamar hotelnya. Lelaki berambut cokelat itu segera terbangun dan menanggalkan selimut tebalnya. Kemudian, cepat-cepat lelaki itu pergi mandi karena ia akan ada acara konser lagi pagi ini.

::skip::

Justin sudah memakai kaos V-neck abu-abu, celana jeans hitam, dan sepatu supranya. Lelaki itu bergegas memungut i-phonenya dari laci.
Matanya terbelalak ketika mendapati 3 panggilan tidak terjawab tadi malam. Dan ada sebuah pesan dari Caitlin saat jam 2 malam.

Message from Caitlin:
Just... mungkin kau masih sibuk, makannya kau tidak mengangkat teleponku. Jadi akan kutunggu kau sampai selesai. Telepon aku ya kalau kau sudah tidak sibuk. Aku ingin menanyakan sesuatu padamu...
---

"oh my God.. Jadi semalaman Caitlin Tidak tidur hanya untuk menunggu telepon dariku.. Ya Tuhan.. Apa yang kulakukan..." cercau lelaki itu seraya menekan nomor telepon Caitlin dan menekan tombol hijau pada i-phonenya.

"hallo..." telepon itu sangat cepat tersambung. Mungkin memang Caitlin sedang ada di dekat handphonenya sekarang, atau mungkin Caitlin rela tidak tidur hanya untuk menunggu telepon itu.
"Caitly.."
"yeah.. Akhirnya kau menelepon.." suara gadis itu terdengar serak.
"kau sakit..??" perasaan Justin benar-benar bercampur aduk sekarang. Antara khawatir dan merasa sangat bersalah kepada gadis itu.
"tidak.. Mungkin karena aku terlalu lelah.."
"kau tidak tidur semalam...!?"
caitlin terdiam. Haruskah ia mengatakan "iya" pada Justin, sementara ia tidak ingin membuat lelaki itu khawatir. Tapi sebenarnya Caitlin memang tidak tidur semalam. Ia benar-benar takut kalau telepon dari Justin terlewatkan olehnya.
"Caitly.. Kau masih di sana...??"
"yeah.." ucap Caitlin lirih.
"apa semalam kau tidak tidur..??"
"uhmmm.. Tentu saja aku tidur.. Tanpa kau bernyanyi untukku, aku juga bisa tidur Justin... Hahaha..."
jawaban Caitlin mulai membuat kehkawatiran Justin mencair.
"bagus kalau begitu... Oia, kau ingin menanyakan apa honey..??"
"uhmmm.. Just.. Kenapa kau bilang kau belum punya kekasih..??"
"honey.. Scooter yang menyuruhku bilang seperti itu... Dia bilang, aku harus mengatakan itu kalau ingin sukses..."
"jadi... Kau tidak melupakanku...??" tanya gadis itu polos.
"tentu saja tidak..."
"baiklah... Aku sudah dapat jawabannya..." ucap gadis itu dengan tersenyum.

::skip::

hari berikutnya, caitlin sedang berjalan di koridor kampus sendirian. Tiba2 Greyson, sahabatnya, berlari ke arahnya dengan membawa gulungan majalah.

"caitly... Caitly.. Lihat ini...!" teriak lelaki itu seraya mengejar Caitlin.
"kenapa makhluk itu memanggilku...??" dengus Caitlin seraya menghentikan langkahnya.

Beberapa detik kemudian, Greyson sudah mendarat(?) di hadapannya.
"lihat ini...!!" ucapnya seraya menunjuk sebuah halaman yang menampilkan foto Justin dengan seorang gadis di sana.
Caitlin mengernyitkan dahi. Ia mulai tertarik untuk membacanya.

Di halaman itu tertulis, "Bintang Fenomenal Justin Bieber mengaku sedang menjalin hubungan dengan artis bollywood(?) yang bernama Selena Gomez. Ia juga mencium gadis itu tanpa ragu ketika host sebuah acara TV di Canada menyuruhnya melakukannya. Tampaknya, penyanyi fenomenal itu sedang berusaha mencari perhatian Selena. Hal itu dapat disimpulkan ketika Justin datang pada saat shooting film "beranak dalam kubur" yang di bintangi selena Gomez. Ia menyatakan hal itu adalah surprise untuknya. Saat itu, Selena Gomez juga terlihat salah tingkah karena kehadiran orang yang tidak ia duga-duga. Gadis berdarah Afrika itu, sontak memeluk Justin karena saking terkejutnya.
--

mata Caitlin berkaca-kaca.justin benar-benar berubah. Setelah tidak mengakui kalau ia adalah kekasihnya, sekarang lelaki itu malah berhubungan dekat dengan gadis bernama Selena. Itu benar-benar keterlaluan.

"are you okay..??" tanya Greyson lembut.
Caitlin memandang lelaki itu sebentar dan kembali menunduk. Gadis itu tidak ingin Greyson melihatnya menangis.

"kemarilah...!!" Greyson menarik Caitlin kedalam pelukannya. Tangisan Caitlin mulai pecah. Badan Caitlin bergetar karena menangis saat itu.

"menangislah kalau itu akan membuatmu lebih baik..." bisik Greyson seraya mengelus rambut Caitlin.
"aku benci Justin..."
"ssssstt.. Jangan bicara seperti itu... Kau tau, wartawan memang selalu melebih-lebihkan..."

Greyson dengan tulusnya memeluk gadis itu. Gadis yang sebenarnya sangat ia cintai sejak lama, Gadis yang menjadi kekasih sahabatnya sendiri.

::skip::

2 hari kemudian.

Justin sudah mencoba menghubungi Caitlin berkali-kali. Namun lelaki itu tidak mendapat jawaban. Dengan perasaan khawatir, Justin segera mengiriminya pesan.

Message from Justin:
honey, kenapa kau tidak mau mengangkat teleponku..??

Setelah itu, Justin segera menyimpan kembali i-phonenya.

-di tempat lain-

caitlin mengacuhkan setiap panggilan dan pesan dari Justin. Gadis itu benar-benar sakit hati karenanya. Semudah itukah lelaki bodoh itu melupakannya.
"justin.. Apa kau tidak tau bagaimana perasaanku..?? Kenapa kau begitu bodoh Justin..?? Kenapa aku mencintaimu orang bodoh sepertimu..??" air mata Caitlin mulai menetes. Gadis itu memeluk lututnya dan memandang ke depan dengan tatapan kosong. Pikirannya sedang melayang jauh memikirkan kekasihnya yang tak tau diri.

Gadis itu segera meraih handphonenya dan mengetik sebuah pesan untuk Justin.

Message from Caitlin:
aku ingin kita putus.

Justin menatap nanar handphone di tangannya.
Tanpa pikir panjang, lelaki itu langsung menelepon Caitlin.
Namun tetap saja, Caitlin tidak pernah menjawab telepon darinya.

----
pada saat konser Justin di Toronto Justin menangis saat menyanyikan lagi "favorite Girl". Media-media yang memuat berita Justin menuturkan kalau Justin menangis karena Selena dijudge oleh beliebers. Tapi, Justin tau masalahnya yang sebenarnya. Ia tau perasaannya sendiri. Media dan wartawan benar-benar salah besar. Lagu itu bukan ia nyanyikan untuk Selena, tapi untuk Caitlin. Di mana saat itu Caitlin meminta putus. Justin benar-benar tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia tidak akan heran kalau Caitlin akan menjadi lebih membencinya karena berita yang salah itu.

::2 minggu kemudia::

Justin pulang ke Stratford, Ontario. Tujuan utamanya adalah menemui Caitlin. Ia ingin menjelaskan semuanya pada gadis itu.

(FLASH BACK OFF)

caitlin menatap keluar jendela. Butiran-butiran salju masih belum berhenti turun. Sekilas, bayangannya akan Justin mulai mengganggu pikirannya.
"aku tidak akan menemuimu Justin... Aku benci padamu.." lirih Caitlin seraya menutup gorden jendelanya.

::skip::
mentari pagi mulai menyongsong. Hujan salju sudah berhenti dan menyisakan gundukan-gundukan di kanan kiri jalan. Begitu juga di pohon maple dan cemara, salju juga tampak masih menutupi puncaknya.

Caitlin mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan. Ia kemudian bangkit dan pergi mandi.

Setelah selesai mandi, caitlin mendapati handphonenya berdering.
Ia tertegun saat mendapati nama Justin di sana. Dengan berat hati, gadis itu mulai mengangkat telepon itu.

"apa lagi hah...??"
"Caitly... Aku.. hanya ingin kau.. Tau.. Aku sangat mencintaimu... I still waiting for you." nada bicara lelaki itu tercekat-cekat. Suaranya berat dan bergetar.
Caitlin menelan ludah berkali-kali.
"justin..."
"buuuuk..." terdengar ada sesuatu yang terjatuh dari sana.
"just.. Kau masih di sana..??" jantung caitlin berdegup kencang. Gadis itu sangat khawatir karena tak ada jawaban dari Justin.
"justin..." panggilnya lagi.
Gadis itu segera menutup handphonenya dan berencana pergi ke danau blue bear di mana justin mengajaknya bertemu semalam.
Gadis itu berlari menuju tempat itu karena letaknya memang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Dari kejauhan, dilihatnya sekerumunan orang yang entah sedang melihat apa. Karena perasaan khawatir, gadis itu segera menuju ke tempat itu. Ia mulai menerobos masuk keramaian. Dan, apa yang dilihatnya...??
Seorang lelaki tergeletak kaku dengan menggenggam sekuntum bunga tulip di tangannya.

"Justin..." caitlin berlutut di sampingnya. Mata cokelatnya berkaca-kaca. Jemarinya mulai menyentuh kulit Justin. Dingin, sangat dingin. Air matanya mulai menetes membanjiri pipinya.
"Justin... Bangunlah...!" cercau gadis itu di antara isakannya.

::skip::

"pemirsa... Penyanyi muda Justin Bieber ditemukan tergelat tak bernyawa di pinggiran danau Blue bear tadi pagi . Menurut keterangan dokter, ia mengalami gagal jantung(?) karena terlalu lama di bawah hujan salju tadi malam yang suhunya di bawah -12 derajat."

caitlin menatap layar TV di depannya dengan tatapan kosong. Di tangannya ada selembar foto yang tak lain adalah foto Justin dan sekuntum bunga tulip kuning yang layu. Gadis itu benar-benar hancur karena kepergian Justin. Semua itu terjadi karena kesalahannya. Caitlin tak henti-hentinya mengutuk dirinya sendiri.

::skip::

greyson mengajak Caitlin ke pasar malam untuk menghiburnya. Karena, sudah seharian ini Caitlin mengurung diri di kamar, tidak mau makan, dan tidak mau bicara dengan siapa saja.

Keduanya berjalan berdampingan di trotor panjang pusat kota Stratford.
"caitly.. Kau mau es cream..??"
caitlin masih diam. Sedari tadi gadis itu memang hanya membisu dan menatap kosong ke depan.
"caitly.. Ada kedai es Cream di seberang jalan... Kau mau..??"
matanya yang redup mulai menatap Greyson. Sedetik kemudian, Gadis itu mulai mengangguk.
"okay... Kau tunggu di sini ya..." lelaki itu segera menyeberang untuk menuju kedai es cream.

Beberapa menit kemudian. Caitlin menatap Greyson sudah dengan dua contong(?) es cream di tangannya. Lelaki itu terus menampilkan senyuman termanisnya.
Caitlin hanya terpaku. Namun, entah kenapa wajah Greyson tiba-tiba saja menjadi wajah Justin, wajah orang yang sangat dicintainya, orang yang meninggal karena kesalahannya.
"justin.." ucap bibir mungil itu dengan tersenyum tipis.
Gadis itu melangkahkan kakinya menuju Justin. Menuju pangerannya yang sedang tersenyum manis padanya.

"caitlin... Apa yang kau lakukan..??"
"ciiiiiiitt...." decitan rem saling bersahutan.
"tiiiiiin..... Brak..."
/?@.#O*=#';/!@")'-o.,o+*l?-+

you will be the last for me.
I will be the last for you.




demikian, JD ini dibuat dengan agak ngawur.. Judulnya juga ngawur.. XD Jadi, atas kata2 yang kurang berkenan, mohon dimaafkan.

Yang abis baca, minta like 'n comentnya ya... Kritik dan saran, diterima..
Hahahahahaaaaa...!!

Salam manis: author amatiran. =D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar